Rabu, 19 Maret 2008

Teknologi IT di Militer: Rudal dengan Kendali GPS


Dunia militer internasional saat ini sudah banyak mengalami kemajuan dalam bidang pertahanan dan keamanan. Banyak sekali diciptakan alat-alat maupun senjata untuk mengamankan negaranya dari teroris maupun invasi dari negara lain. Contohnya adalah kekuatan militer Amerika, para prajurit sudah tidak lagi langsung menghadapi lawan secara langsung.

Senjata juga tidak perlu membidik lawan menggunakan kejelian mata. Bahkan para tentara tidak perlu langsung terjun di medan perang. Mengapa demikian? Karena dengan menggunakan sistem senjata pintar semua kegiatan perang dapat dilakukan dengan kendali jarak jauh. Peluru kendali dapat menempuh jarak yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Pesawat mampu melihat musuh diluar jarak pandangan mata. Bahkan medan perang mungkin akan diisi mesin-mesin tanpa awak yang mampu menyebabkan kemusnahan massal. Tidak hanya itu. Mesin-mesin perang pun mengalami kemajuan menjadi monster-monster cerdas. Peluru mencari sasarannya sendiri. Sistem –sistem pengintai memberitahukan letak musuh. Dan sistem pertahanan bereaksi secara otomatis terhadap serangan. Secara sekilas pertunjukkan teknologi senjata itu dapat kita lihat pada Perang Afghanistan beberapa waktu lalu. Di medan itu, sangat sedikit pasukan AS yang terlibat perang langsung "man-to-man" dengan pejuang Taliban bila dibanding dengan pendaratan Normandia pada Perang Dunia II misalnya. Hampir semua digantikan mesin. Namun apa yang dilihat di Afghanistan itu, sekali lagi, baru "cuplikan" dari kemampuan senjata canggih masa kini. Kesemuanya itu tidak lepas dari teknologi.

Bila AS akhirnya memenangkan perang itu, maka kemenangan sebenarnya adalah pada teknologi.Cepat, Pintar, Ringan.

Suatu serangan gabungan dari Angkatan Bersenjata AS akan memperlihatkan pada kita doktrin militer yang dianut negara itu, yaitu persenjataan yang lebih cepat, lebih ringan, dan lebih pintar. Pentagon menyebut doktrin baru itu sebagai RMA atau "revolution in military affairs," sebuah doktrin yang bukan melulu hadir dari hasil pemikiran Pentagon, namun juga berasal dari pabrik-pabrik pembuat senjata.Di samping produsen senjata yang sudah dikenal seperti General Dynamics, Lockheed Martin, Northrop Grumman, and Raytheon, senjata-senjata AS tidak lepas dari campur tangan perusahaan teknologi yang mungkin kurang dikenal atau yang sangat terkenal seperti IBM dan Hewlett-Packard. Dan dengan demikian AS menciptakan suatu industri militer yang kompleks karena beragamnya pihak yang terlibat.


Penjelasan Rudal ber-GPS
GPS adalah suatu sistem navigasi yang memanfaatkan satelit. Penerima GPS memperoleh sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit sebagai cadangan.

Dengan susunan orbit tertentu, maka satelit GPS bisa diterima di seluruh permukaan bumi dengan penampakan antara 4 sampai 8 buah satelit. GPS dapat memberikan informasi posisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi.
Dalam serangan terbaru Amerika Serikat dan Inggris ke Irak, ribuan peluru kendali pintar jenis Tomahawk ditembakkan ke Bagdad. Para jenderal aliansi mengatakan, semua peluru kendali mengenai sasaran. Rahasia senjata pintar itu terletak pada sistem pengendalinya. Serangannya dipandu menggunakan sistem satelit militer yang disebut Global Positioning Sytem-GPS. Dengan propaganda militernya, Amerika Serikat memperlihatkan citra satelit, yang menunjukan, bahwa semua sasaran yang dituju tidak pernah meleset.

Juga disebutkan kerugian di kalangan penduduk sipil dapat dibatasi sampai minimal. Kunci dari keberhasilan serangan itu tentu saja pemanfaatan Global Positioning System-GPS. Sebab menurut para pakar militer, persenjataan pintar mutakhir dikembangkan tidak hanya dengan memperkuat daya jelajahnya, melainkan juga dengan memperbaiki sistem kendalinya. Dengan demikian peranan GPS amatlah besar, untuk membimbing peluru kendali agar dengan akurat sampai ke sasaran tembak.

Peluru kendali jenis terbaru AS dipasangi peralatan sensor GPS, sehingga arahnya bisa diubah di tengah jalan. Juga dengan memanfaatkan GPS, berbagai hambatan, seperti kabut, badai pasir, iklim buruk, tabir api serta faktor lain bisa diabaikan. Sebenarnya GPS adalah sistem navigasi militer Amerika Serikat yang dipandu satelit dari luar angkasa. Jaringan satelitnya mencakup seluruh permukaan Bumi. Prinsipnya adalah menentukan sebuah lokasi dengan ketepatan tinggi. Prinsip ini serupa dengan metode lama "triangulasi", dimana posisi sebuah titik ditentukan dengan menarik tiga garis. Hanya saja kini garis itu ditarik dari luar angkasa menggunakan pencitraan satelit.


Bagaimana Rudal tersebut mampu mencapai sasaran dengan tepat ?
Rudal Tomahawk

Rudal yang sudah dilengkapi dengan dengan pemandu GPS tersebut berkerja dengan cara meneruskan sinyal dan posisi armada bergerak kepada Base Station (BS). Teknologi satelit ini akan melakukan pencitraan terhadap objek yang ada di bumi yang selanjutnya akan diinformasikan kepada BS. BS selanjutnya melakukan kalkulasi pencitraan ini, selanjutnya diteruskan terhadap rudal yang sudah dilengkapi dengan GPS. Selanjutnya tinggal menentukan titik sasaran yang akan dituju.


Rudal AGM 86 A

Berikut ini merupakan beberapa contoh rudal yang sudah menggunaka alat pemandu berupa GPS:

1. AGM-137 TRI-SERVICE STANDOFF ATTACK MISSILE (TSSAM).
Angkatan Udara Amerika (USAF) mulai mengembangkan Tri-Service Standoff Attack Missile (TSSAM) pada tahun 1986; untuk menghasilkan rudal dengan teknologi stealth untuk USAF, USN dan USMC dengan kemampuan jarak jauh, pemandu berdiri sendiri, pengenalan target otomatis, dan keakuratan tinggi serta hulu ledak yang mampu menghancurkan sasaran berupa struktur berpelindung tinggi baik didarat maupun diatas permukaan laut. Rudal akan dilengkapi dengan inertial navigation yang dibantu dengan GPS.

Untuk versi USN dan USAF dilengkapi dengan imaging infrared terminal sensor untuk mendeteksi target dan terminal homing, dan dipasangi dengan unitary warhead. Versi kedua untuk USAF akan memuat submunisi CEB (combination effects bobmlet) untuk menghancurkan target darat.
Pesawat yang akan dieprsenjatai dengan rudal ini antara lain B-52H, F-16C/D, B-1, B-2 dan F/A-18C/D.
Karena adanya keterbatasan anggaran, untuk sementara proyek ini mengalami penundaan, dan akhirnya dibatalkan. Pembatalan juga terjadi pada program TSSAM yang merupakan penyempurnaan dari program JASSM.

SPESIFIKASI (perkiraan):
Panjang : 4,26 meter
Bobot : 905 kg
Hulu ledak: 450 kg
Jangkauan : diatas 185 km
Pemandu : inertial/GPS, IIR terminal
Propulsi : Turbofan.

2. AGM-154A JOINT STANDOFF WEAPON (JSOW).
Merupakan program bersama USN dan USAF untuk standarisasi senjata kendali jarak menengah, terutama untuk menghancurkan target terlindung pada jarak diluar jangkauan senjata anti-serangan udara, untuk mempertinggi tingkat keselamatan pesawat tempur.

JSOW dikembangkan dalam dua varian; A dan C, dirancang untuk menghancurkan target berupa area target, hard target, dan gabungan keduanya. Kontraktor yang ditunjuk adalah Raytheon.

KARAKTERISTIK UMUM.
• Fungsi utama: sista air-to-surface Standoff from Point Defence (SOPD) untuk berbagai jenis sasaran.
• Pemandu: GPS/INS, Terminal IR Seeker (unique “C” model).
• Panjang : 4,1 meter
• Diameter : 33 cm (box shaped on a side) – 40,6 x 51,9 cm.
• Bobot: dari 483 kg sampai 681 kg.
• Bentang sayap: 2,69 meter.
• Hulu ledak: BLU-97 – combined effect bomblets (JSOW A)
BLU-108 – sensor fuze weapon (JSOW B) – dibatalkan.
BROACH multi-stage warjead (JSOW C)
• Pesawat peluncur: F/A-18C/D, F/A-18E/F, F-35C, F-16 Block 40/50, B-1B, B-2A, B-52H, F-15E, F-35A.
• Jarak jelajah: Peluncuran ketinggian rendah – 28 km
Peluncuran ketinggian tinggi -120 km
• Deployment: Januari 1999.

3. AGM-158 JOINT AIR TO SURFACE STANDOFF MISSILE (JASSM).
Hasil rancang bangun Lockheed Martin. AGM-158A menggunakan pendorong turbojet CAE J402 dari Teledyne. Pemanduan melalui inertial navigation yang selalu diperbaharui dengan GPS. Pengenalan target dan terminal homing melalui imaging infrared seeker. Kelengkapan data link menjadikan rudal mengirimkan sinyal lokasi dan statusnya saat melesat menuju sasaran. Hulu ledak berupa WDU-42/B penetrator dengan bobot 450 kg.

JASSM dapat dibawa oleh pesawat tempur seperti F-15E, F-16, F/A-18, F-35, B-1B, B-2 dan B-52.

PENYEMPURNAAN.
Pihak angkatan udara Amerika mempelajari untuk menyempurnakan AGM-158 yang mencakup isian submunisi pada hulu ledakm homing head baru dan mesin pendorong baru untuk memperoleh jangkauan 1.000 km. Penyempurnaan ini disebut sebagai JASSM-ER (extended range) dengan kode AGM-158B (tahun 2002). Menggunakan mesin pendorong yang lebih efisien JASSM-ER mampu menempuh jarak 925 km. Uji peluncuran dilakukan pada 18 Mei 2006 dengan menggunakan pesawat B-1B di lapangan uji rudal White Sands, New Mexico. Dijadwalkan rudal penyempurnaan ini akan masuk inventaris operasional pada tahun 2009.

SPESIFIKASI:
Panjang : 4,27 meter
Bentang sayap: 2,4 meter
Bobot: 1.020 kg
Kecepatan jelajah: Subsonic
Jarak jangkauan: 370 km
Propulsi: Turbojet Teledyne CAE J402-CA-100, trust 3,0 kN (680 lbf)
Hulu ledak: 450kg WDU-42B Penetrator.

4. STORM SHADOW
Salah satu rudal cerdas itu, dan yang paling baru, adalah Storm Shadow. Caranya menuju sasaran mirip rudal Tomahawk, tapi ini rudal khusus yang dirancang untuk menghancurkan target keras seperti bungker dengan cara revolusioner.
Rudal yang sebijinya US $ 1,1 juta itu menggunakan sistem multi-"hulu ledak", hingga dapat menjebol beton yang diperkeras yang tebalnya dua kali dari yang dapat dilakukan peledak bungker lain.

Sayap
Membuka setelah diluncurkan
Mesin jet turbofan TRI 60-30
Sensor pencitra inframerah untuk mendekati sasaran
Panjang: 5,1 m
Berat: 1.300 kg
Kecepatan: 0,8 kali suara (955 km/jam)
Harga: US $1,2 juta

Storm Shadow terbang menuju sasaran menggunakan dua pemandu: satelit GPS dan Terprom. GPS digunakan untuk memandu rudal menuju sasaran, sementara Terprom dipakai untuk mempertahankan ketinggian terbang rudal yang harus sangat rendah, hingga tak terdeteksi radar pertahanan musuh. Terprom memungkinkan rudal terbang mengikuti kontur permukaan pada ketinggian 30 m.


Betapapun, yang mengerikan dari bom-bom itu adalah buruknya kualitas data target yang diprogram ke dalamnya. Pada perang 1991, dua bom laser menghantam sebuah perlindungan militer di Amariya, distrik di Bagdad, membunuh 400 laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Pada 1999, di Kosovo, kedutaan besar Cina di Belgrade telah diledakkan dengan JDAM, membunuh 3 orang. Konon, kedua kasus salah sasaran itu karena peta yang dipakai masih veris lama.

Peluncuran Rudal :
1. Rudal dilepaskan ±400 km dari sasaran
2. Rudal menukik ke ketinggian 30 m dari permukaan untuk menghindari deteksi radar musuh
3. Di dekat sasaran, rudal naik ke ketinggian. Rudal kemudian melepaskan penutup moncongnya, hingga memungkinkan sensor inframerah memindai target
4. Menghancurkan bungker

Storm Shadow menggunakan sistem senjata yang disebut Bomb Rodal Ordinance Augmenting Charge (BROACH). Sederhananya, ini bom yang meledak beberapa kali. Fase pertama ditujukan untuk mendekati sasaran dengan menghancurkan pelindungnya, fase terakhir untuk menghabisi sasaran yang sesungguhnya

Berikut adalah bagaimana cara Storm Shadow meledak :
1. Sensor inframerah mendeteksi sasaran
2. Ledakan pertama membersihkan tanah dan penutup di atas beton bungker. Ledakan berikutnya yang terarah melontarkan logam panas hingga kedalam 6 meter, menembus atap beton bunker
3. Bom penghancur bunker masuk ke dalam komplek bungker
4. Bom meledak di dalam bungker

Kelebihan dan Kelemahan
Kelebihan dari rudal yang menggunakan sistem pemandu GPS ini adalah memungkinkan ketepatan rudal dalam mencapai sasaran meskipun dengan jarak yang jauh. Dan bila dipergunakan dalam perang, memungkinkan meminimlkan jatuhnya korban dari warga sipil.
Kelemahan, sistem navigasi menggunakan GPS ini memerlukan data yang akurat. Disinilah tugas mata-mata di darat, menentukan dan menandai sasaran yang akan ditembak. Jadi sistem canggih itupun bisa salah sasaran, kalau ternyata masukan dari darat tidak akurat.
Rudal tersebut juga tidak akan mampu mencapai sasaran, bila sasaranya memasuki area blank spot, area tersebut biasanya bawah tanah.

Sistem navigasi rudal juga bisa dikacaukan dengan alat yang dinamakan GPS Jammer. Alat ini berfungsi untuk merusak penyampaian data ke GPS receiver yang ada pada rudal bahkan dapat memberikan informasi palsu. Sehingga rudal tersebut dapat jauh melenceng dari target sasaran.





http://Subari.blogspot.com
*-------------------
Referensi:
www.google.com
www.militerium.com
www.tni-au.mil.id
www.sra.com
http://4.bp.blogspot.com
http://upload.wikimedia.com
www.ranesi.nl
www.emporia.edu
www.aviation-central.com
www.usnews.com
www.beritanet.com

Dian Eko Cahyono
Budi Raharjo
Mansyur Efendi
Tria Aprilianto
...

3 komentar:

ASRO KISMAN mengatakan...

kalo bikin kaya ginian aja sih anak2 kita mampu banget. liat aja juara olimpiade sain ampe bosen, juaranya lagi2 anak2 indonesia. Tapi sayang negara kita ngga punya modal. soalnya pemerintah ngasih anggaran militer dikit banget. Lawan koruptor aja pemerintah ngga sanggup.

Subari mengatakan...

Ya benar itu, Sepertinya bukan masalah mampu tidaknya, tapi bagaimana dukungan dari dana sebuah penelitian untuk ditindaklanjuti..itu yang jadi masalah. Kita perhatikan saja khususnya dibidang teknologi, kita tidak bisa menutup mata bahwa acuan referensi kita tetap ke dunia luar, setelah adanya penemuan-penemuan baru, disini masalahnya selain ditunjang tdk adanya kelanjutan dr penelitian tsb. (di perpus-kan), jg tdk adanya infrastruktur yg memadai untuk mengembangkan teknologi itu. Nah ini jauh terlihat ketertinggalan kita dg pihak luar.

Anonim mengatakan...

Th 2014 harus ada presiden yg mumpuni terpilih, mampu melihat masa depan bangsa dan melalui diaspora meminta bantuan dari saudara saudara kita yg sdh mempunyai skill ke it mil. insya allah, Indonesia pasti bisa. Salam