Jumat, 07 Maret 2008

Konsep CBB pada Notebook


NOTEBOOK
Salah satu bentuk PC adalah laptop, atau akan lebih dikenal sebagai notebook di kalangan penggunanya. Termasuk juga di kalangan penjual, baik baru maupun bekasnya. Sebagai bukti nyatanya, coba perhatikan situs-situs produsen, penjual online, atau bahkan penjual produk bekasnya. Kebanyakan lebih menggunakan kata notebook ketimbang laptop. Tapi apalah arti sebuah nama, selama kesepakatan publik masih mengacu pada benda yang sama. Maka pada kesempatan kali ini pun, akan lebih sering disebut sebagai notebook.

Harganya yang tidak bisa dibilang murah, dibanding dengan PC desktop. Kemampuan kinerja yang mampu dihasilkan jauh dibandingkan PC desktop. Itulah beberapa alasan utama yang membuat notebook bukan pilihan pertama saat kebutuhan akan PC muncul. Namun melihat tren yang sekarang ada, dengan harga notebook yang bisa dibilang makin terjangkau. Juga varian produk yang demikian beragam, dengan spesifikasi yang tidak kalah dengan desktop. Bahkan untuk kalangan gamer sekalipun. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mulai mempertimbangkan beralih dari desktop ke PC.

Namun sebelum mengambil keputusan yang cukup drastis dan tentu saja akan menguras biaya, ada baiknya untuk mengenal ataupun lebih mengerti seluk-beluk seputar notebook yang akan diulas rinci pada kesempatan ini.

A. Apa Itu Notebook?

Jika definisi notebook yang Anda ketahui adalah sebuah buku catatan, sebetulnya ini pun bukan sebuah kesalahan. Karena istilah PC laptop atau yang lebih dikenal sebagai notebook pun juga mengacu pada notebook kertas itu sendiri. Ketika ukuran laptop sudah mulai makin ringkas, dan hampir setara mendekati ukuran sebuah buku catatan, maka laptop pun lebih dikenal sebagai notebook.

Sebuah laptop memiliki ukuran dan berat yang beragam. Beberapa kalangan mencoba memberikan nama yang lebih spesifik untuk lebih membedakan masing-masing jenisnya.
Ukurannya juga secara tidak langsung memberikan perbedaan fungsi dan peruntukannya.
Berikut beberapa istilah spesifik untuk laptop:
• Notebook dengan ukuran dimensi panjang dan lebar lebih kecil dari kertas ukuran A4 (210×297 mm) sering dikenal dengan sebutan sub-notebook.

• Rata-rata notebook sekarang memiliki berat pada kisaran 3 kg. Namun ada juga yang memiliki ukuran lebih besar dan otomatis ukuran dimensi yang lebih besar. Biasa memiliki berat sekitar 5 kg. Ini yang sering disebut sebagai desknote (desktop-notebook). Ada yang menggunakan beberapa komponen desktop, seperti RAM dan processor.

• Beberapa notebook memiliki spesifikasi yang luar biasa. Bahkan bisa dikatakan mendekati PC desktop high-end. Me reka juga dilengkapi dengan layar yang ekstra besar.
Dengan kinerja dan kenyamanan bekerja layaknya menggunakan desktop. Namun tentunya, itu semua membuat ukurannya relatif paling besar di antara dua kategori yang telah disebut. Sering disebut sebagai desktop replacement, sesuai dengan tujuan penggunaannya.

B. Bagian-bagian Notebook

Karena notebook juga termasuk PC, maka banyak bagiannya yang memiliki kesamaan pada PC. Perbedaan ukuran yang menjadikannya berbeda jauh dengan PC. Juga dengan tujuan efi siensi untuk catuan daya, notebook menggunakan komponen yang lebih hemat listrik.

1. CPU
Untuk produk terkini, pilihan processor cukup banyak. Beberapa yang cukup po puler digunakan pada notebook PC, mulai dari jajaran Intel Pentium M (with Centrino technology), Celeron M, Intel Core; dan AMD (Athlon, Turion64, dan Sempron).

Perbedaan utama processor mobile dengan processor desktop adalah pada fasilitas power management. Intel memiliki Enhanced Intel SpeedStep Technology yang digunakan pada Intel Pentium M Processor, dan kemudian dikembangkan dengan Enhanced Deeper Sleep dan Dynamic Power Coordination pada jajaran Intel Core Processor terbaru. Sedangkan, AMD dengan PowerNow! Technology.
Keduanya dengan tujuan utama yang sama. Memperpanjang daya tahan baterai sekaligus mengurangi panas yang dihasilkan processor, sehingga pengguna mobile computing dapat beraktivitas lebih lama dengan notebooknya, hanya mengandalkan catuan daya baterai. Menyesuaikan FSB dan clock ratio dengan beban kerja.
Fitur inilah yang menyebabkan anggapan kebanyakan processor mobile memiliki kinerja yang lebih rendah dibanding processor desktop. Beberapa produsen mobile computing, sempat menerapkan penggunaan processor dekstop demi mengejar kinerjanya untuk mendekati desktop PC. Borosnya dayayang dibutuhkan, dan masalah panas, menyebabkannya tidak mungkin dikemas dalam ukuran sangat ringkas. Kebanyakan digunakan pada desktop replacement.

2. RAM
Kebanyakan notebook menggunakan SODIMM (small outline dual in-line memory module).

Ukurannya yang lebih ringkas, menjadi salah satu alasan. Selain tegangan catuan daya yang lebih rendah, dengan tujuan meminimalkan panas yang dihasilkan saat beroperasi.
Jumlah RAM maksimal yang terinstal akan sangat tergantung pada chipset yang digunakan. Namun setidaknya, kebanyakan notebook akan menyediakan 2 slot DIMM untuk kemungkinan upgrade.

3. Input Device

Kebanyakan keyboard pada notebook lebih ringkas dibandingkan keyboard yang sering digunakan pada desktop. Dengan menghilangkan number keypad, mengurangi tempat yang dibutuhkan. Kebanyakan keyboard notebook masih memiliki ukuran tombol yang sama dengan keyboard biasa. Sebab dengan mengecilkan ukuran setiap tombolnya, akan diperlukan adaptasi bagi penggunanya, belum lagi masalah ergonomic untuk penggunaan jangka panjang.
Sebagai pengganti mouse, notebook terkini menggunakan touchpad sebagai pointing device yang sudah terintegrasi. Keberadaan touchpad menggantikan pointing stick (atau TrackPoint pada produk IBM) dan track ball, yang banyak ditemukan pada notebook satu dekade yang lalu.

4. Graphic dan Display

Untuk produk kelas mainstream ke bawah, notebook mengandalkan integrated graphic controller pada chipset yang digunakan. Harganya yang murah, menjadikannya paling sering dapat ditemukan. Hanya saja, belum dilengkapi VRAM yang didedikasikan khusus. Masih dengan menggunakan konfi gurasi UMA (unifi ed memory architecture), yang mengandalkan memory sistem yang terinstal.
Baru pada notebook kelas high-end, memiliki graphic controller dan VRAM yang eksklusif. Pengembangan notebook terkini, memungkinkannya memiliki kemampuan upgrade untuk graphic controller layaknya desktop PC.
Untuk display kebanyakan notebook terkini menggunakan resolusi minimal 1024x768 (XGA), dengan ukuran diagonal tidak kurang dari 10 inci. Dengan berbagai teknologi terbaru yang diterapkan para produsennya, untuk meningkatkan contrast ratio. Sehingga display notebook dapat dilihat, dalam lingkungan cahaya yang tidak ideal sekalipun.
Kebutuhan notebook sebagai bagian alat presentasi, menyebabkan notebook dilengkapi port display alternatif. Mulai dari sub-D VGA, sampai DVI output. Jika dimungkinkan sesuai graphic controller yang digunakan, tidak jarang terlihat sebuah port S-Video.

5. Harddisk
Berbeda dengan desktop PC, yang menggunakan harddisk berukuran 3,5 inci. Notebook menggunakan harddisk 2,5 inci dengan ketebalan yang jauh lebih tipis.
Seperti juga processor, harddisk notebook didesain dengan tujuan utama efisiensi catuan daya. Dan memang memiliki kinerja yang masih dibawah harddisk desktop. Salah satunya dengan mengurangi kecepatan spindle dibanding harddisk desktop. Ini juga bertujuan mengurangi panas yang dihasilkan oleh harddisk pada notebook.

6. PCMCIA
Slot inilah yang sangat membedakan notebook dengan desktop PC. Kebanyakan desktop tidak akan dilengkapi dengan slot yang satu ini. Sedangkan, hampir semua notebook dilengkapi dengan slot ini.
Penggunaan perangkat dengan interface ini cukup beragam. Tapi kebanyakan pada kategori networking. Seperti contoh: WLAN card, GPRS, ataupun W-EDGE modem.

7. Power
Tersedianya baterai membedakan notebook dengan desktop. Kebanyakan produk terkini diklaim produsennya memiliki ketahanan pada kisaran 2-5 jam. Tentunya akan sangat tergantung pada beban kerja yang digunakan.
Selain mengandalkan baterai, tentunya notebook dilengkapi AC power adapter. Berfungsi sekaligus charger baterai. Beberapa kalangan beranggapan lebih baik sekaligus mencopot baterai notebook, jika lebih banyak bekerja mengandalkan AC power outlet. Ini bertujuan mengurangi jumlah recharge cycle baterai yang terpasang pada notebook dan secara tidak langsung akan memperpanjang umur baterai notebook. Konsekuensinya dengan melakukan hal ini, Anda akan kehilangan data begitu terjadi pemutusan daya dari AC outlet, la yaknya desktop PC tanpa sebuah UPS.


CBB (COMMON BUILDING BLOCK)

CBB sendiri merupakan konsep yang dikembangkan Intel dengan menstandardisasi komponen-komponen notebook. Jika sebuah notebook mengikuti standar CBB maka dapat diperbarui (upgrade) tanpa melalui vendor semula sebab banyak produsen yang membuat komponen kompatibel. Konsep yang mirip dengan CBB telah digunakan di segmen komputer desktop, sehingga pengguna dapat memodifikasi komputernya dengan mudah. Standar ini diklaim dapat menghemat biaya produksi yang ditanggung vendor maupun biaya pemeliharaan dan penggantian komponen yang ditanggung pengguna. Konsep ini sendiripun sebenarnya sudah masuk diI ndonesia pada tahun 2006.

Disadur dari pendapat Chris Irwan Japari, Direktur Pemasaran PT Leadvision Technology, mengatakan standardisasi komponen akan menjadi tren teknologi informasi masa datang karena sangat berpihak kepada pengguna. Hingga saat ini, katanya, notebook yang beredar di pasar Indonesia menganut konsep proprietary yang membuat pengguna sangat tergantung pada satu produsen. Dia mencontohkan baterai yang punya masa pakai relatif terbatas namun tiap tipe notebook proprietary memiliki bentuk tersendiri dengan colokan pasok daya yang juga berlainan.

Chris juga berpendapat bahwa sistem standardisasi pada notebook CBB dapat mendukung perkembangan manufaktur lokal sebagai pemasok komponen-komponen notebook. Hal ini juga sangat menguntungkan bagi para kaum muda saat ini yang sedikit banyak berkecimpung didunia TI, dengan standarisasi pada notebook CBB mereka dapat berkreasi dengan mengembangakan kualitas dan efisiensi perangkat hardware notebooknya dengan lebih leluasa.

Budi Wahyu Jati, Country Manager Intel Indonesia Corporation, menilai konsep CBB dapat memberi pengguna lebih banyak pilihan, meningkatkan diferensiasi produk notebook, serta mendorong industri komponen local untuk bisa berkembang.

A. STANDARISASI
Standarisasi mungkin sebuah istilah asing untuk kita, tetapi hampir semua peralatan yang terdapat pada sebuah komputer desktop memiliki tingkat standarisasi yang tinggi. Contoh; konektor SATA, adalah standarisasi koneksi hard disk yang baru-baru ini diadopsi oleh dunia komputer desktop. Ini berarti, hard disk apapun yang diciptakan sekarang ini harus memiliki koneksi SATA.


B. BYON
Industri notebook lokal kini semakin bergairah. Membaiknya tingkat pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, membuat beberapa vendor kian optimis terhadap pasar. Meski belum dapat menggantikan posisi desktop/PC, prospek notebook kian cerah. Ini terlihat dari pertumbuhannya yang terus mengalami peningkatan.

"Saat ini industri mobile terus mengalami pertumbuhan. Di Indonesia, pertumbuhan notebook mencapai di atas 30 persen per kuartalnya. Ini merangsang vendor-vendor baru untuk masuk ke pasar Indonesia" ungkap Country Manager Intel Indonesia, Budi Wahyu Jati.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia, Henky Tjokroadhiguno mengatakan bahwa merek lokal kini mendominasi pasar komputer termasuk notebook sebesar 65 persen. Tahun ini kebutuhan pasar akan komputer mencapai 1,3 juta unit, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 1,2 unit. Pertumbuhan notebook merek lokal ini tergantung pada nilai tukar rupiah terhadap dolar dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada vendor lokal.

Kondisi ini membuat PT Leadvision Technology berani mengeluarkan merek notebook baru yaitu BYON. BYON atau Build Your Own Notebook merupakan notebook rakitan lokal yang memberikan alternatif pilihan bagi konsumen Indonesia. Untuk dapat menembus pasar, BYON menerapkan strategi yang berbeda.

BYON mengusung konsep user oriented dan standarisasi. Konsep standarisasi atau Common Building Blocks (CBB) sementara ini hanya dilakukan pada tujuh komponen inti yang digunakan, antara lain :
• LCD
• Keyboard
• Battery
• Power Adapter
• Optical Drive
• Hard Drive
• CNP (Customizable Notebook Panel).

Gambar . Tujuh Komponen Standarisasi pada notebook BYON

Konsep standarisasi ini sebenarnya sudah diterapkan di berbagai negara. Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia merupakan salah satu dari 11 negara yang menggunakan konsep tersebut. Dengan standarisasi, komponen dapat dipertukarkan dengan mudah dan mampu menurunkan biaya produksi manufaktur. BYON merupakan produk notebook pertama di Indonesia yang menggunakan komponen berstandar CBB.
"Kami ingin industri lokal notebook menjadi tuan rumah di negara sendiri. Dengan standarisasi, pertumbuhan pasar komputer notebook yang sehat dapat dicapai dan mempercepat penerapan TI di Indonesia. Industri lokal juga dapat berpartisipasi dalam memproduksi komponen-komponen standar di masa mendatang," ungkap Marketing Direktur PT Leadvision Technology, Chris Irwan Japari.

Sekilas tentang CNP
Tak hanya itu saja yang unik dari BYON. Notebook ini juga menerapkan konsep CNP (Customizable Notebook Panel) yang memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk merefleksikan jati diri pada notebooknya. Ini sesuai dengan tren pasar yang saat ini mengarah pada orientasi value dari produk.

BYON menyediakan berbagai jenis cover untuk panel empat notebook terbarunya P2301, M2101, M1620 dan M1621, yang baru diluncurkan di Jakarta, Rabu (30/8). Cover ini terdiri dari gambar animasi, artis idola, pola abstrak, hingga cover bersepuh emas dan kristal. Personalisasi diri ini bisa juga diwujudkan dengan mencetak gambar diri beserta identitas di atas panel notebook.

CNP memang bukan barang baru di industri notebook. Beberapa vendor lainnya sudah menerapkan strategi yang sama pada produknya. Sebut saja Asus yang mengeluarkan notebook dengan cover panel yang terbuat dari kulit. Bahkan, ada perusahaan yang menyediakan menjual khusus kulit chasing notebook, yaitu Skyntones.

C. PENGUJIAN
Disadur dari majalah CHIP:
Untuk pengujian, CHIP menerima dua notebook pinjaman BYON untuk diteliti lebih mendalam. Secara desain komponen, semua yang berada dalam notebook BYON menggunakan standarisasi CBB, artinya, semua hard disk dan CD-ROM drive dapat ditukar tanpa takut adanya ketidakcocokan secara fisik. Contohnya; CD-ROM drive dari unit tes notebook BYON yang CHIP uji terdapat dua perbedaan yang cukup mencolok, yaitu tersedianya semacam mekanisme pengunci baut yang berbeda pada bagian belakang unit dan tampilan face plate atau penutup muka dari plastik yang berbeda. Akan tetapi, mekanisme pengunci baut ini dapat dengan mudah dilepas dan penutup muka plastik ini pun dapat dengan mudah dibuka, sehingga transplantasi CD-ROM drive berjalan dengan sempurna.
Gambar .
Konektor Universal : Kedua tipe drive CD-ROM ini menggunakan konektor dan faktor bentuk yang sama



Gambar .
Ukuran yang Sama : Keyboard notebook BYON memiliki bentuk dan ukuran yang sama sehingga memudahkan penggantian unit.


Perpindahan CD-ROM drive ini saja dapat dibilang kemajuan yang cukup signifikan karena hal ini berarti standarisasi tak hanya sebatas komponen internal, namun juga merambah desain fisik dari notebook BYON. Komponen prosesor tidak disebutkan dalam konsep CBB. Akan tetapi, pada dua unit notebook BYON yang diuji, CHIP berhasil membongkar dan melepaskan unit prosesor serta unit pendinginnya dari kedua notebook tersebut tanpa usaha yang berarti. Rasanya seperti membongkar komputer desktop namun lebih mudah karena skalanya yang lebih kecil. Sekali lagi, hal ini cukup mengejutkan karena Anda dapat melakukan upgrade prosesor apabila tersedia prosesor dengan spesifikasi yang lebih tinggi. Umumnya, penggantian prosesor pada sebuah notebook merupakan hal yang sulit.
Gambar .
Penggantian Total : Unit heatsink dan fan notebook M2101 G/D dapat dilepaskan dengan mudah



Gambar .
Cukup Mengejutkan : Tidak hanya memori saja, prosesor dan unit heatsink notebook BYON dapat dilepaskan.


Dari segi graphics card, Nvidia sudah mengembangkan konsep MxM yang mengizinkan pergantian modul graphics card pada notebook. Beberapa vendor notebook dunia sudah menerapkan konsep ini dengan cara memberikan pilihan bagi para calon pembelinya, graphics card apa yang ingin digunakan. BYON sekarang ini belum menerapkan konsep penggantian graphics card ini, tetapi Chris Irwan Japari selaku Marketing Director Leadvision Technology (manufaktur BYON) menyebutkan bahwa konsep CBB juga meliputi graphics card kedepannya.

KEUNTUNGAN NOTEBOOK MENGGUNAKAN KONSEP CBB

konsep CBB ini juga dapat dimanfaatkan oleh pengembang hardware pihak ketiga apabila mereka cukup jeli melihat peluang pasar. Seseorang dapat menciptakan sebuah keyboard dengan pencahayaan terintegrasi atau mengembangkan solusi pendingin alternatif untuk prosesor karena modul pendingin standarnya dapat dengan mudah diganti. Apabila jeli, distributor pun juga dapat memaksimalkan pendapatan.

apabila ada komponen suku cadangnya yang rusak dan perlu diganti dapat diminimalisasi, baik dari segi pengadaan, saling menggantikan antara satu model dengan model yang lain dan dari segi harga serta komitmen dari perusahaan yang terlibat dalam virtual consortium untuk lebih meningkatkan kualitas dengan harga yang terjangkau bagi calon pengguna Notebook, konsumen nantinya juga dijanjikan dapat dengan mudah meng-upgrade berbagai komponen notebook sesuai dengan kebutuhannya tanpa harus melalui vendor sebelumnya tempat user membeli notebook tersebut.

Sekilas Teori Ekonomi Sederhana
Agar sebuah perusahaan mendapatkan keuntungan, mereka harus menjual produk secara untung atau setidaknya jumlah produk yang dijual setara dengan biaya produksi. Kita mengetahui bahwa perusahaan melakukan analisis break even point untuk menentukan berapa jumlah produk yang dijual agar pendapatannya sama dengan pengeluaran. Rumus yang digunakan adalah biaya tetap total dibagi harga jual dikurangi biaya variabel rata-rata. Contoh, anggap produsen hard disk menjual produknya seharga US$40, biaya variabel rata-rata untuk pembuatannya adalah US$30 dan biaya tetap total untuk menjalankan usahanya adalah US$100000. Hasilnya adalah, produsen hard disk harus menjual sebanyak (100000/(40-30)) 10000 unit hard disk. Angka 10000 unit ini adalah harga mati yang tidak dapat ditawar.
Gambar .
Biaya Berkurang : Ongkos produksi berkurang seiring dengan peningkatan jumlah produksi


Produsen hard disk harus menjual sebanyak angka tersebut kecuali mereka menaikkan harga jualnya (menimbang faktor biaya produksi tetap dan variabel adalah tetap). Lalu, bagaimana bila tidak ada standarisasi? Kita ambil contoh, perusahaan hard disk menciptakan hard disk tipe B dengan spesifikasi yang berbeda dan karena teknologi yang digunakannya adalah baru, maka biaya produksinya juga lebih tinggi dengan hard disk tipe A.

Produsen hard disk menetapkan harga tipe B seharga US$50, biaya variabel rata-rata untuk pembuatannya adalah US$40 dan biaya tetap total untuk menjalankan usahanya adalah US$100000. Hasilnya, produsen hard disk harus menjual sebanyak (100000/(50-40)) 10000 unit juga. Berarti secara kasar, jumlah unit yang harus dijual adalah 20000 unit untuk break even, namun bagaimana bila pasar hanya menerima 5000 unit hard disk tipe A dan 5000 hard disk tipe B? Berarti harga jual untuk tipe A harus dinaikkan menjadi US$50 dan tipe B menjadi US$60.

Namun tidak sampai situ saja, skala ekonomi juga turut membantu untuk menekan harga lebih jauh lagi. Teori skala ekonomi menyebutkan bahwa biaya produksi perunit akan berkurang seiring dengan meningkatnya output dari produksi. Hal ini terjadi karena investasi awal yang dikeluarkan ditanggung secara merata dengan meningkatnya output, dan biaya marjinal berkurang ketika produksi bertambah.



http://Subari.blogspot.com
*---------------------------------
Referensi:
majalah CHIP edisi Nopember 2006
majalah PC Media
http://www.pc_magz.com
http://www.chip_online.co.id
Harian Republika http://www.republika .co.id
http://www.swa.co.id

Yoggi Dhimas Pradhokot
Ria Kartika Panca
Arizal Noor Baraja
Dedy Heri Setiawan


...